Bagaimana
Jika Aku Merindu?
Perasaan
yang terus-menerus ku tutupi akhirnya menjelma menjadi sebuah rindu. Entah
harus ku sikapi seperti apa rindu ini. Ingin bertemu, tetapi aku rasa itu tidak
lagi legal. Ingin menyapa dalam bentuk pesan, tetapi aku rasa itu akan sangat
memalukan, kenapa harus aku yang menyapa duluan. Ingin mendengar desus nafasmu,
tetapi aku rasa tanganku tak lagi sanggup menggenggam gagang telepon, apalagi
harus menekan nomor teleponmu yang ku hafal sampai diluar kepala. Lantas, aku
harus bagaimana? Aku tidak mengerti seperti apa persisnya kerisauan hati ini. Hanya
saja aku seolah mengambang di tegah lautan dan hamparan langit luas lah yang
bisa menjelaskan seberapa besar rinduku ini. Bukan hanya itu, aku juga merasa terombang-ambing
oleh ombak sang penguasa lautan tanpa arah dan tujuan.
Jujur
aku tidak pernah benar-benar siap untuk kau tinggalkan. Waktu itu, ketika kau
meminta izin kepadaku untuk pergi, aku hanya berpura-pura rela, aku hanya
berpura-pura tidak takut sendiri, dan aku hanya beranggapan kau tidak akan
pergi selama dan sejauh ini. Lalu bagaimana? Kau benar-benar pergi dengan
izinku, yang sebenarnya hanya sebuah pura-pura. Tapi aku ingat dulu kau
berjanji untuk kembali, aku kira itu akan sesegera mungkin. Tapi ternyata
tidak, mungkin kau lupa dengan janji itu, atau mungkin kau sudah terlanjur
nyaman dengan gandengan barumu itu. Aku mohon jangan. Jangan pergi dengan cara
seperti ini, jangan pergi terlalu jauh dengan janji seperti itu, jangan menjadi
pelupa.
Mata
yang dulu pernah ku sorot tanpa henti, senyum yang selalu saja berhasil
membuatku jatuh cinta, tawa yang waktu itu terus membuatku merasa teduh,
gandengan tanganmu yang sampai sekarang masih terasa erat, dan segala rupa
bentuk kasih sayangmu untukku dulu. Aku tidak pernah lupa. Aku tidak pernah
berhenti merindukan itu. Sulit sekali menerima kenyataan bahwa sekarang kau
milik wanita lain. Selain mengikhlaskanmu seharusnya aku juga berhenti
merindukanmu.
Sebelum kita sejauh telinga dan mulut,
tidakkah kau ingat kita pernah selalu bendampingan seperti sepasang bola mata?
Sebelum pada akhirnya kita berpisah, tidakkah kau ingat kita pernah bersatu
untuk sampai pada satu tujuan? Tidak, mungkin hanya aku yang mengingat itu.
Biar aku saja yang merindu, kamu jangan, ini berat, kamu tidak akan sanggup.
(17 Juni 2016)