Sabtu, 11 Februari 2017

Maafkan Aku


            Maafkan aku yang tak pernah bisa berhenti menulis bait-bait dari hati yang dulu pernah kau singgahi, kucoba terus menghidupkanmu dalam setiap ketikan sederhana kutipan nostalgia. Karena dengan menulis, aku bisa menyampaikan apa yang ada didalamnya dan memang kau masih benar-benar hidup disana.
Maafkan aku yang tak risih dengan hari-hariku tentangmu, kucoba terus bertahan tanpa kehadiranmu dalam setiap hela nafas. Karena dengan begitu, aku bisa memperlihatkan keseluruh dunia bahwa aku baik-baik saja dan memang itu hanya sebuah kepura-puraan.
Maafkan aku yang tak ingin membiarkanmu hanya terpampang indah sebagai sebuah kenangan dimasalaluku, kucoba terus membawamu untuk ikut menjadi bagian hidupku sampai tua nanti. Karena dengan membawamu, aku bisa membuktikan bahwa aku bersungguh-sungguh dalam penantianku untukmu.
Maafkan aku yang selalu hancur bersama harapanku untukmu disetiap senja, dan terus mencoba mengumpulkan kembali serpihan harapan itu disetiap fajar selanjutnya. Karena dengan berharap, aku bisa merasa hidup meskipun hanya dengan harapan semu yang kuciptakan dari anganku sendiri.
Maafkan aku yang belum bisa melihatmu bahagia bersama wanita lain, dan terus mengacaukan ketenangan kalian berdua. Untuk yang satu ini, aku benar-benar meminta maaf. Aku sudah berusaha dengan keras, tapi tak kunjung membuahkan hasil. Mungkin jika aku sudah bisa mengganti tulisanku dengan bahasan lain yang bukan tentangmu, mulai risih dengan cerita tentangmu, meletakkanmu dengan damai disinggah sana masalaluku, dan tak lagi menyusun harapan bersama fajar, aku akan lekas mengikhlaskanmu bahagia dengan wanita lain. Tapi sebelum itu terjadi, maafkan aku yang seperti ini, dan mungkin tak bisa seperti itu. Maafkan aku.

Juli 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar