Maafkan aku yang tak pernah bisa berhenti menulis bait-bait dari hati yang dulu pernah kau singgahi, kucoba terus menghidupkanmu dalam setiap ketikan sederhana kutipan nostalgia. Karena dengan menulis, aku bisa menyampaikan apa yang ada didalamnya dan memang kau masih benar-benar hidup disana.
Maafkan
aku yang tak risih dengan hari-hariku tentangmu, kucoba terus bertahan tanpa
kehadiranmu dalam setiap hela nafas. Karena dengan begitu, aku bisa
memperlihatkan keseluruh dunia bahwa aku baik-baik saja dan memang itu hanya
sebuah kepura-puraan.
Maafkan
aku yang tak ingin membiarkanmu hanya terpampang indah sebagai sebuah kenangan
dimasalaluku, kucoba terus membawamu untuk ikut menjadi bagian hidupku sampai tua
nanti. Karena dengan membawamu, aku bisa membuktikan bahwa aku
bersungguh-sungguh dalam penantianku untukmu.
Maafkan
aku yang selalu hancur bersama harapanku untukmu disetiap senja, dan terus
mencoba mengumpulkan kembali serpihan harapan itu disetiap fajar selanjutnya.
Karena dengan berharap, aku bisa merasa hidup meskipun hanya dengan harapan
semu yang kuciptakan dari anganku sendiri.
Maafkan
aku yang belum bisa melihatmu bahagia bersama wanita lain, dan terus
mengacaukan ketenangan kalian berdua. Untuk yang satu ini, aku benar-benar
meminta maaf. Aku sudah berusaha dengan keras, tapi tak kunjung membuahkan
hasil. Mungkin jika aku sudah bisa mengganti tulisanku dengan bahasan lain yang
bukan tentangmu, mulai risih dengan cerita tentangmu, meletakkanmu dengan damai
disinggah sana masalaluku, dan tak lagi menyusun harapan bersama fajar, aku
akan lekas mengikhlaskanmu bahagia dengan wanita lain. Tapi sebelum itu
terjadi, maafkan aku yang seperti ini, dan mungkin tak bisa seperti itu.
Maafkan aku.
Juli
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar